Bagi atlet elit, hernia inguinalis dapat berdampak signifikan pada performa dan memerlukan penanganan yang cermat, menurut dokter menyusul laporan Neeraj Chopra yang menderita hernia inguinalis atau groin jangka panjang.
Hernia inguinalis terjadi ketika organ perut, seperti omentum atau usus, menonjol melalui lubang alami di dinding perut tempat pembuluh testis dan struktur tali lewat ke testis.
Neeraj Chopra, atlet lintasan dan lapangan terbaik India, memenangkan medali perak di Olimpiade Paris 2024. Namun, penampilannya di final lempar lembing putra dilaporkan terpengaruh oleh kondisi ini, karena ia finis di belakang Arshad Nadeem dari Pakistan.
Bintang lempar lembing berusia 26 tahun itu mengungkapkan kepada media bahwa ia telah berjuang melawan kondisi ini sejak lama, dan berhasil mencapai lemparan terbaik pribadinya sejauh 89,94 m pada tahun 2022 meskipun mengalami cedera.
– Iklan –
“Hampir 50 persen” fokusnya adalah pada penanganan cederanya, bukan tekniknya, kata Chopra, seraya menambahkan bahwa sekarang saatnya untuk perawatan yang tepat, seperti yang disarankan oleh dokter.
Dr. Sushruth Shetty, Konsultan Gastroenterologi, Onkologi GI, dan Bedah Robotik di Narayana Health City, Bengaluru, menjelaskan bahwa hernia inguinalis terjadi ketika isi perut seperti usus menonjol melalui titik lemah di dinding perut, biasanya di area selangkangan. Kondisi ini umum terjadi pada atlet seperti Chopra karena tuntutan fisik yang tinggi dari olahraga mereka, yang meningkatkan tekanan perut.
Hernia inguinalis dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, atau tonjolan yang terlihat di selangkangan, khususnya saat melakukan aktivitas seperti mengangkat beban, batuk, atau berolahraga.
Dr. Sandeep Aggarwal, Ketua Manipal Institute of Minimal Access, Bariatric, GI & Robotic Surgery di Manipal Hospital Dwarka, mencatat bahwa hernia inguinalis terjadi akibat melemahnya dan meregangnya bukaan alami di lapisan daerah pangkal paha. Kondisi ini lebih umum terjadi pada pria dan prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan intra-abdomen, seperti sembelit kronis, batuk, atau mengejan saat buang air kecil, dapat menyebabkan perkembangan hernia inguinalis.
Para ahli mengatakan perawatan biasanya melibatkan perbaikan bedah untuk mencegah komplikasi seperti obstruksi usus atau pencekikan, yang dapat memutus suplai darah dan menyebabkan keadaan darurat bedah yang mengancam jiwa.
Teknik bedah minimal invasif, seperti laparoskopi atau robotik, menghasilkan rasa sakit yang lebih sedikit dan pemulihan yang lebih cepat. Dr. Shetty menekankan bahwa program rehabilitasi yang terstruktur dengan baik juga penting untuk pemulihan penuh, yang memungkinkan pasien, terutama atlet, untuk kembali ke performa puncak sambil meminimalkan risiko kekambuhan.